Rabu, 17 Oktober 2012

PERTUMBUHAN INDIVIDU KELUARGA DAN MASYARAKAT


2. Pertumbuhan Individu keluarga dan masyarakat
Individu yang berasal dari Latin adalah yang tak terbagi atau suatu sebutan untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Individu sendiri lebih dikenal kepada perseorangan. Adanya diferensiasi dalam setiap orang/ individu terkait dengan dunia yang telah mempunyai sejarah dengan peradabannya disamping pembawaannya. Untuk itu, individu dapat dimaksudkan sebagai seorang
manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya.
Persepsi terhadap individu yang merupakan suatu keutuhan ciptaan Tuhan dapat terdiri dari tiga aspek yang saling terintegrasi :
- aspek organik jasmaniah
- aspek psikis rohaniah
- aspek sosial kebersamaan
Aktualisasi diri merupakan proses yang menigkatkan ciri-ciri individualitas pada seseorang sampai pada dirinya sendiri. Proses ini dimulai dimana ketika suatu individu terbebani dengan berbagai peranan yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup yang memunculkan struktur masyarakat yang akan menentukan kemantapan masyarakat. Konflik tersebut terjadi karena pola tingkah laku dirinya yang bercorak bertentangan dengan peranan yang dituntut oleh masyarakat.
Pertumbuhan secara konsep umum adalah suatu perubahan yang menuju ke arah lebih maju dan dewasa atau dikenal dengan “proses”.
Namun dalam beberapa aliran menimbulkan berbagai macam pendapat :
1. Asosiasi yang berpendapat bahwa pertumbuhan adalah proses asosiasi/ terjadinya perubahan pada seseorang secara tahap demi tahap karena pengaruh baik dari pengalaman atau empiris luar melalui panca indera yang menimbulkan sensations maupun pengalaman dalam mengenai keadaan batin sendiri yang menimbulkan reflexionis.
2. Psikologis Gestalt berpendapat bahwa pertumbuhan adalah proses perubahan secara perlahan-lahan pada manusia dalam mengenal suatu yang semula mengenal sesuatu secara keseluruhan kemudian mengenal bagian-bagian dari lingkungan yang ada.
3. Sosiologis yang menganggap bahwa pertumbuhan adalah proses sosialisasi atau proses perubahan dari sifat mula-mula yang asosial atau juga sosial kemudian tahap demi tahap disosialisasikan.
Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan digolongkan ke dalam 3 yaitu :
1. Pendirian nativistik, bahwa menurut golongan ini, pertumbuhan individu ditentukan oleh faktor yang dibawa sejak lahir. Hal tersebut ditunjukkan dengan berbagai kesempatan atau kemiripan antara orang tua dengan anaknya yang mungkin bisa disebabkan oleh karena adanya berbagai fasilitas atau hal lain yang dapat memberikan dorongan ke arah kemajuannya.
2. Pendirian empiristik dan environmentalistik. Menurut golongan ini, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan individu adalah lingkungan. Dari konsepsi bila dapat tahan uji, akan dapat menghasilkan manusia-manusia ideal bila kondisi yang dibutuhkan untuk usaha itu tersedia, namun pada kenyataannya berbanding terbalik. Baik dasar maupun lingkungan keduanya sangat memegang peranan penting dimana dasar atau bakat sebagai kemungkinan ada pada masing-masing individu perlu diserasikan dengan lingkungan yang dapat tumbuh dengan baik.
3. Pendirian konvergensi dan interaksionisme. Dalam pendirian konvergensi, adanya suatu modifikasi yang terkenal dianggap sebagai perkembangan dari konsepsi interaksionisme yang berpandangan dinamis yang menyatakan bahwa interaksi antara dasar dan lingkungan dapat menentukan pertumbuhan individu.
Tahap pertumbuhan individu berdasar psikologi yang melalui beberapa fase sebagai berikut :
- masa vital (0 – +/- 2 tahun) dimana masih menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya khususnya mulut (oral) -berdasarkan Freud.
- masa estetik ( +/- 2 – 7 tahun) dimana yang lebih berperan adalah fungsi pancaindera. Biasanya dalam masa ini anak mengalami kegoncangan dimana segala sesuatunya selalu ditentangnya (sedang nakal-nakalnya) sehingga pola asuh yang cocok adalah bijaksana dengan mengambil jalan tengah tidak terlalu menekan dan tidak terlalu menonjolkan.
- masa intelektual/ masa keserasian sekolah (+/- 7 – 14 tahun) dimana setelah melewati masa kegoncangan, proses sosialisasinya telah berlangsung dengan lebih efektif dan menjadi matang untuk dididik. Beberapa sifat khas pada masa ini antara lain amat realistik, ingin tahu, ingin belajar, gemar membentuk kelompok sebaya dan senang membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain. Masa keserasian sekolah pun diakhiri dengan suatu masa pueral yang memiliki sifat khas seperti menimbulkan tingkah laku dari perbuatan yang ditujukan berkuasa serta tingkah laku ekstrovers (perbuatan yang berorientasi ke luar dirinya, mencari teman-teman sebayanya untuk mememnuhi kebutuhan psikisnya).
- masa remaja (+/- 13 – 21 tahun) yang banyak menarik perhatian masyarakat karena memiliki sifat-sifat khas dan yang menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakatnya. Para remaja mengarahkan dirinya agar dapat menemukan diri, meneliti sikap hidup yang lama dan mencoba-coba yang baru agar dapat menjadi pribadi yang dewasa. Masa ini pun terbagi menjadi beberapa masa yaitu :
Pra remaja, yang menunjukkan satu masa yang mengikuti masa pueral yang berlangsung secara singkat dan ditandai dengan sifat-sifat negatif seperti tidak tenang, kurang suka bekerja, kurang suka bergerak, lekas lelah, kebutuhan tidur besar, sering murung, pesimistik dan non sosial.
Remaja, dengan masa merindukan puja dimana untuk pertama kalinya sadar akan kesepian. Reaksi awal yang ditimbulkan adalah tiba-tiba bersikap menelantarkan dan memusuhinya, kemudian kebutuhan akan teman yang dapat menolong dan memahaminya serta
merasakan suka dukanya. Di sinilah mulai timbulnya dorongan untuk mencari pedoman hidup.
Proses terbentuknya pendirian hidup atau cita-cita hidup dapat dipandang sebagai penemuan nilai-nilai hidup yang melewati tiga langkah proses yaitu :
a). Tidak adanya pedoman sehingga mereka merindukan sesuatu yang dapat dianggap bernilai, pantas hidup-nya.
b). Objek pemuja telah menjadi lebih jelas yaitu pribadi-pribadi yang dipandangnya mendukung nilai-nilai tertentu.
c). Mulai menghargai nilai-nilai lepas dari pendukungnya, nilai dapat ditangkap dan dipahaminya sebagai hal yang abstrak sehingga pada saat ini remaja mulai dapat menentukan pilihan atau pemikiran hidupnya.
Usia Mahasiswa (sekitar 18-30 tahun) dimana mereka mulai mempersiapkan diri untuk masa datang dan mulai mempelajari berbagai aspek kehidupan yang lebih kompleks yang dapat membentuk kemampuan secara mandiri untuk menentukan masa datang. Usia ini akan mengalami perubahan secara perlahan dari sikap hidup yang idealistik ke sikap hidup yang realistik meskipun tidak dapat dipungkiri masih terdapat idealisme yang realistik (dapat diterapkan dalam tindakan).
Kehadiran individu dalam suatu masyarakat biasanya ditandai oleh perilaku individu yang berusaha menempatkan dirinya di hadapan individu lainnya yang telah memiliki pola-pola perilaku sesuai dengan norma dan kebudayaan dimana mereka ditempatkan. Individu akan mengambil jarak dan memproses dirinya untuk dapat selaras dengan keadaan dan kebiasaan yang telah ada. Perilaku yang muncul dalam
proses adaptasi ini dapat menjadi :
- adjustable = dapat menyesuaikan diri
- maladjustment = gagal menyesuaikan diri yang dapat diakibatkan oleh pembentukan perilaku.
Proses untuk menjadi pribadi tersebut, tidak hanya didukung dan dihambat oleh dirinya, tetapi juga didukung dan dihambat oleh kelompok sekitarnya.

















A.Individu

Kata “individu” berasal dari kata latin, yaitu individiuum, “berarti “yang tak terbagi”. Jadi, merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Dalam ilmu sosial paham individu menyangkut tabiatnya dengan kehidupan jiwanya yang majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia. Dalam ilmu sosial, individu menekankan penyelidikan kepada kenyataan – kenyataan hidup yang istimewa, yang tak seberapa mempengaruhi kehidupan manusia.

B.Keluarga

Keluarga diartikan sebagai suatu satuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial, yang ditandai adanya kerja sama ekonomi. Fungsi keluarga adalah berkembang biak, mensosialisasi atau mendidik anak, menolong, melindungi atau merawat orang–orangtua jompo).

1)PengaturanSeksual
Dapat dibayangkan kekacauan yang terjadi apabila tidak ada pengaturan seksual. Misalnya anak tidak mempunyai ayah yang sah, atau ayah yang salah, maka kewajiban – kewajiban itu menjadi kacau atau tidak dijalankan, atua bertentangan dengan kewjaiban – kewajiban yang telah ditetapkan.
William J. Goode (1983) telah menyusun jenis – jenis penyimpangan sosial pengaturan seksual menurut tingkat ketidaksetujuan sosial atau menurut ketidaksetujuan sosial atau menurut ketidakseimbangan dalam struktur sosial. Jenis – jenis penyimpangan adalah :
  • Hidup bersama atas dasar suka sama suka (“Kumpul Kebo”).
  • Pergundikan.
  • Hubungan seorang bangsawan dengan gundiknya (zaman pra industri masyarakat Barat) atau raja dengan selir.
  • Melahirkan anak pada masa tunangan.
  • Perzinahan, sang lelaki sudah menikah.
  • Kehidupan bersama seorang yang bertarak (celibat, pastoral, biarawan, menahan hawa nafsu) dengan orang lain yang juga hidup bertarak atau dengan yang tidak bertarak.
  • Perzinahan, sang wanita sudah menikah.
  • Przinaha, kedua – duanya sudah menikah.
  • Kehidupan bersama seorang wanita kasta tingi dengan lelaki kasta rendah.
  • Incest (hubungan seksual dalam satu keluarga), saudara lelaki dengan saudara perempuan.
  • Incest, bapak dengan anak perempuan
  • Incest, ibu dengan anak laki – laki.


2) Reproduksi
Berkembangnya teknologi kedokteran, selain memberikan dampak positif bagi program keluarga berencana, dapat pula menimbulkan masalah terpisahnya kepuasan seksual dengan pembiakan. Kehadiran anggota baru dapat dipandang sebagai penunjang atau malapetaka, bagi masyarakat tani dapat dikatakan menunjang, terutama dalam penyediaan tenaga kerja.

3) Sosialisasi
Manusia sebagai makhluk dalam evolusinya lebih bergantung kepada kebudayaan, dan bukan kepada naluri atau insting.

4) Pemeliharaan
Masa kehamilan yang cukup panjang disertai masa kritis dan tugas menyusui berlarut – larut, membuat ibu yang sedang hamil perlu perlindungan dan pemeliharaan.

5) Penempatan Anak di dalam Masyarakat
Jangan menentukan penempatan sosial seorang anak, pengaturan wewenang membantu menentukan kewajiban peranan orang – orang dewasa terhadap sang anak. Anak merupakan simbol berbagai macam hubungan peran yang penting di antara orang – orang dewasa.

6) Pemuas Kebutuhan Perseorangan
Hubungan suami – istri dibentuk oleh jaringan teman – teman dan anak di tempat mereka hidup, tetapi teman tidak dapat menggantikan kepuasan hubungan suami – istri dengan anaknya.

7) Kontrol Sosial
Keluarga yang berfungsi dalam sosialisasi, yaitu bagi setiap individu pada saat dia tumbuh menjadi dewasa, memerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam tuntutan umum untuk mengarahkan aktivitasnya dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadiannya.

C. Masyarakat
Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut society, asal katanya socius yang berarti kawan. Adapun kata “Masyarakat” berasal dari bahasa Arab, yaitu syirk, artinya bergaul. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk – bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur – unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan. Para ahli seperti Maclver, J.L. Gillin, dan J.P. Gillin sepakat, bahwa adanya saling bergaul dan interaksi karena mempunyai nilai – nilai, norma – norma, cara – cara, dan prosedur yang merupakan kebutuhan bersama sehingga masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berintaraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu, yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Untuk arti yang lebih khusus masyarakat disebut pula kesatuan sosial, mempunyai ikatan – ikatan kasih sayang yang erat. Mirip jiwa manusia, yang dapat diketahui, pertama melalui kelakuan dan perbuatannya sebagai penjelmaannya yang lahir, kedua melalui pengalaman batin dalam roh manusia perseorangan sendiri. Bahkan memperoleh “superioritas”, merasakan sebagai sesuatu yang lebih tingi nilainya daripada jumlah bagian – bagiannya. Sesuatu yang “kokoh-kuat”, suatu perwujudan pribadi bukan di dalam, melainkan luar, bahkan di atas kita.


D. Interaksional Antar Individu, Keluarga, dan Masyarakat
Adanya aspek organis-jasmaniah, psikis-rohaniah, dan sosial kebersamaan yang melekat pada individu, mengakibatkan bahwa kodratnya ialah untuk hidup bersama manusia lain. Pada hewan, kolektivitas bersifat naluriah, pada manusia, di samping rohaniah juga karena nalar, menimbulkan kesadaran membagi peranan dalam hidup berkelompok sehingga perjuangan hidup menjadi ringan. Menurut Durkheim kebersamaannya dapat dinilai sebagai “mekanistis”, merupakan solidaritas “organis”, yaitu atas dasar saling mengatur. Selain kepentingan individual, diperlukan suatu tata hidup yang mengamankan kepentingan komunal demi kesejahteraan bersama. Perangkat tatanan kehidupan bersama menurut pola tertentu kemudian berkembang menjadi apa yang disebut “pranata” sosial” atau abstraksi yang lebih tinggi lai, dinamakan “kelembagaan” atau “institusi”.
Individu barulah individu apabila pola perilakunya yang khas dirinya itu diproyeksikan pada suatu lingkungan sosial yang disebut masyarakat. Kekhasan atau penyimpangan dari pola perilaku kolektif menjadikannya individu, menurut relasi dengan lingkungan sosialnya yang bersifat majemuk serta simultan. Dari individu dituntut kemampuan untuk membawa dirinya secara konsisten, tanpa kehilangan identitas nilai etisnya. Relevan dengan relasi – relasi sesaat antara dirinya dengan berbagai perubahan lingkungan sosialnya. Satuan – satuan lingkungan sosial yang melingkari individu terdiri dari keluarga, lembaga, komunitas, masyarakat, dan nasion. Individu mempunyai “karakter”, maka satuan lingkungan mempunyai “karakteristik” yang setiap kali berbeda fungsinya, struktur, peranan, dan proses – proses yang berlangsung di dalam dirinya. Posisi, peranan dan tingkah lakunya diharapkan sesuai dengan tuntutan setiap satuan lingkungan sosial dalam situasi tertentu.

a. Hubungan Individu dengan Dirinya
Merupakan masalah khas psikologi. Di sini muncul istilah – istilah Ego, Id, dan Superego serta dipersonalisasi (apabila relasi individu dengan dirinya adalah seperti dengan orang asing saja), dan sebagainya. Dalam diri seseorang terdapat tiga sistem kepribadian yang disebut “Id” atau “es” (Jiwa ibarat gunung es di tengah laut), Ego atau “aku”, dan superego atau uber ich. Id adalah wadah dalam jiwa seseorang, berisi dorongan primitif dengan sifat temprorer yang selalu menghendaki agar segera dipenuhi atau dilaksanakan demi kepuasan. Contohnya seksual atau libido. Ego bertugas melaksanakan dorongan - dorongan Id, tidak bertentangan dengan kenyataan dan tuntutan dan Superego. Egod alam tugasnya berprinsip pada kenyataan relative principle.
Superego berisi kata hati atau conscience, berhubungan dengan lingkungan sosial, dan punya nilai – nilai moral sehingga merupakan kontrol terhadap dorongan yang datang dari Id. Karena itu ada semacam pertentangan antara Id dan Superego. Bila ego gagal menjaga keseimbangan antara dorongan dari id dan larangan dari superego, maka individu akan mengalami konflik batin yang terus menerus. Untuk itu perlu kanalisasi melalui mekanisme pertahanan. Demikian psikoanalisa sebagai teori kepribadian yang dikemukakan oleh Sigmund Freud (1856 – 1939), sarjana berkebangsaan Jerman.

b. Hubungan Individu dengan Keluarga
Individu memiliki relasi mutlak dengan keluarga. Ia dilahirkan dari keluarga, tumbuh dan berkembang untuk kemudian membentuk sendiri keluarga batinnya. Terjadi hubungan dengan ibu, ayah, dan kakak – adik. Dengan orang tua, dengan saudara – saudara kandung, terjalin relasi biologis yang disusul oleh relasi psikologis dan sosial pada umumnya.
Peranan-peranan dari setiap anggota keluarga merupakan resultan dari relasi biologis, psikologis, dan sosial. Relasi khusus oleh kebudayaan lingkungan keluarga dinyatakan melalui bahasa (adat-istiadat, kebiasaan, norma-norma, bahkan nilai-nilai agama sekalipun). Masalah kekerabatan seperti adanya marga dan keluarga besar banyak dibahas dalam antropologi, yang menunjukkan kelakuan dan tindakan secara tertib dan teratur dalam berbagai deferensi peran dan fungsinya melalui proses sosialisasi atau internalisasi.

c. Hubungan Individu dengan Masyarakat
Masyarakat merupakan satuan lingkungan sosial yang bersifat makor. Aspek teritorium kurang ditekankan. Namun aspek keteraturan sosial dan wawasan hidup kolektif memperoleh bobo yang lebih besar. Kedua aspek itu munjuk kepada derajat integrasi masyarakat karena keteraturan esensial dan hdup kolektif ditentukan oleh kemantapan unsur – unsur masyarakat yang terdiri dari pranat, status, dan peranan individu. Variabel – variabel tersebut dipakai dalam mengkaji dan menjelaskan fenomena masyarakat menurut persepsi makro.
Sifat makro diperoleh dari kenyataan, bahwa masyarakat pada hakiaktnya terdiri dari sekian banyak komunias yang berbeda, sekaligus mencakup berbagai macam keluarga, lembaga dan individu – individu.
Hubungan individu dengan masyarakat dalam persepsi makro lebih bersfiat sebagai abstraksi. Kejahatan dalam masyarakat mako merupakan gejala yang menyimpang dari norma keteraturan sosial, sekaligus dapat berperan sebagai indikator tinggi – rendahnya keamanan
Sumber : http://ifzanul.blogspot.com/2010/02/hubungan-antara-individu-keluarga-dan.html

Urbanisasi
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/9f/City_of_lights.jpg/250px-City_of_lights.jpg
http://bits.wikimedia.org/static-1.21wmf1/skins/common/images/magnify-clip.png
Pusat kota Toronto
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.
Berbeda dengan perspektif ilmu kependudukan, definisi Urbanisasi berarti persentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Perpindahan manusia dari desa ke kota hanya salah satu penyebab urbanisasi. perpindahan itu sendiri dikategorikan 2 macam, yakni: Migrasi Penduduk dan Mobilitas Penduduk. Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota yang bertujuan untuk tinggal menetap di kota. Sedangkan Mobilitas Penduduk berarti perpindahan penduduk yang hanya bersifat sementara saja atau tidak menetap.
Untuk mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa, seseorang biasanya harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi media massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya.
Pengaruh-pengaruh tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang mendorong, memaksa atau faktor pendorong seseorang untuk urbanisasi, maupun dalam bentuk yang menarik perhatian atau faktor penarik. Di bawah ini adalah beberapa atau sebagian contoh yang pada dasarnya dapat menggerakkan seseorang untuk melakukan urbanisasi perpindahan dari pedesaaan ke perkotaan.
A. Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi
  1. Kehidupan kota yang lebih modern
  2. Sarana dan prasarana kota lebih lengkap
  3. Banyak lapangan pekerjaan di kota
  4. Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi lebih baik dan berkualitas
B. Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisasi
  1. Lahan pertanian semakin sempit
  2. Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
  3. Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa
  4. Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
  5. Diusir dari desa asal
  6. Memiliki impian kuat menjadi orang kaya
C. Keuntungan Urbanisasi
  1. Memoderenisasikan warga desa
  2. Menambah pengetahuan warga desa
  3. Menjalin kerja sama yang baik antarwarga suatu daerah
  4. Mengimbangi masyarakat kota dengan masyarakat desa
D. Akibat urbanisasi
  1. Terbentuknya suburb tempat-tempat pemukiman baru dipinggiran kota
  2. Makin meningkatnya tuna karya (orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap)
  3. Masalah perumahan yg sempit dan tidak memenuhi persyaratan kesehatan
  4. Lingkungan hidup tidak sehat, timbulkan kerawanan sosial dan kriminal


Sumber : Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


NAMA : DARMI KARTIKA
KELAS : 1KA27
NPM     : 11112722

Tidak ada komentar:

Posting Komentar